Mengenal Sianida, Racun Pembajak Oksigen yang Sangat Mematikan
Secara alamiah, racun sianida diproduksi oleh beberapa tanaman dan bahkan oleh binatang untuk melindungi diri dari predator. Racun ini digunakan juga dalam beberapa kasus pembunuhan.
Sianida (CN-) merupakan kelompok senyawa yang tersusun oleh atom karbon (C) dan nitrogen (N). Kelompok senyawa ini ditemukan dalam bentuk gas Hidrogen sianida (HCN), maupun dalam bentuk garamnya yakni potasium/kalium sianida (KCN) atau sodium/natrium sianida (NaCN).
Hidrogen sianida merupakan gas yang tidak berwarna, atau dalam temperatur tertentu berwarna biru pucat. Sedangkan dalam bentuk garam, racun ini mempunyai wujud sebagai kristal putih yang larut air. Racun sianida juga bisa dikenali dari baunya yang khas, yakni bau almond.
Di dalam tubuh, racun sianida menghambat kerja enzim cytochrome-x-oxidase. Enzim ini berada dalam mitokondria, berfungsi mengikat oksigen untuk memenuhi kebutuhan pernapasan sel-sel tubuh. Jika enzim tersebut tidak bekerja karena dihambat racun sianida, sel-sel tubuh akan mengalami kematian.
Keracunan sianida melalui saluran cerna kerap ditandai dengan perdarahan pada mukosa (lapisan terluar) lambung. Darah berwarna pink atau cherry-red juga bisa mengindikasikan keracunan sianida. Warna tersebut muncul karena oksigen tidak terserap oleh sel melainkan menumpuk di darah.
BAHAYA RACUN SIANIDA
bahaya racun sianida jika dikonsumsi dalam jumlah kecil dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, seringkali disertai kejang dan kematian. Umumnya dampak tersebut akan langsung terasa dalam waktu 1 – 5 menit.
Konsentrasi yang lebih rendah dapat mengakibatkan korosi pada selaput lendir lambung, bau amandel yang tidak enak pada nafas, rasa terbakar, rasa tercekik pada tenggorokan, hingga erupsi noda bintik pada wajah. Zat ini juga bisa menimbulkan efek pengeluaran air liur, mual dengan atau tanpa disertai muntah, kegelisahan, rasa bingung, pusing, perasaan gamang, rasa lemah, sakit kepala, denyut nadi cepat, palpitasi, kekakuan pada rahang bagian bawah, dan opisthotonos, laju dan kedalaman pernafasan umumnya meningkat pada awalnya dan kemudian menjadi lambat dan terengah-engah. Dapat terjadi pengeluaran urin diluar kemauan serta diare.
Pada tahapan kejang-kejang, dapat diikuti dengan kelumpuhan.. Kerusakan terhadap saraf optik dan retina, serta kebutaan kemungkinan dapat terjadi. Mulut dapat berbusa, yang terkadang disertai darah. kematian terjadi, biasanya dalam jangka waktu 10 menit dan dapat disebabkan karena terhentinya fungsi sistem pernafasan dan syaraf pusat . Gejala lain dapat meliputi nyeri dada, bicara tidak teratur, dan tahapan stimulasi pada susunan saraf pusat yang bersifat sementara yang disertai hypernea dan sakit kepala.
Efek sianida ternyata mengerikan. Bahkan, ganasnya zat ini bisa membunuh puluhan gajah. Pemburu liar, dari Riau hingga Zimbabwe, biasa menggunakan sianida untuk membunuh gajah.